Welcome to my Blog Aliyono Dicaprio

Jumat, 02 Juli 2010

Ringkasan Kitab Ulangan

A. PENDAHULUAN
Kitab Ulangan adalah kitab kelima daripada tanakh dan juga kitab Taurat. Dalam bahasa Ibrani, disebut sebagai Devarim ("kata-kata"), dari kalimat permulaan "Eleh ha-devarim." Dalam beberapa bahasa di Eropa, kitab ini disebut Deuteronomium, dari bahasa Latin yang mengambilnya dari septuaginta dalam bahasa Yunani: Δευτερουόμιου. Sebenarnya hal ini merupakan kesalahan alihbahasa dari aslinya dalam bahasa Ibrani dari pasal 17:18; “Apabila ia duduk di atas takhta kerajaan, maka haruslah ia menyuruh menulis baginya salinan hukum ini menurut kitab yang ada pada imam-imam orang Lewi.” Oleh penulis septuaginta hal ini diterjemahkan menjadi: “menulis untuk dirinya salinan hukum ini”. Tetapi kesalahan ini tidak terlalu parah. Kitab Ulangan terdiri dari serangkaian khotbah-khotbah yang diucapkan Musa di depan bangsa Israel waktu mereka berada di negeri Moab. Mereka berhenti di situ sesudah mengakhiri perjalanan panjang lewat padang gurun dan sebelum masuk ke Kanaan untuk menduduki negeri itu.
Kitab Ulangan merupakan kitab kelima dari kitab Musa/ hukum Taurat. Kitab ini merupakan suatu kitab yang berisi sesuatu tantangan bagi umat Allah (Israel) untuk taat atau memberontak pada Tuhan. Ketaatan merupakan tema sentral dari kitab ini, ayat kuncinya adalah Ul 10:12-13” 12 Maka sekarang, hai orang Israel, apakah yang di mintakan dari padamu oleh Tuhan, Allahmu, selain takut akan Tuhan, Allahmu, hidup menurut segala jalan yang ditunjukkannNya, mengasihi Dia, beribadah kepada Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu, 13: berpegang pada perintah dan keteta[pan Tuhan yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu.


a.              Nama
         Kitab Ulangan merupakan suatu tantangan bagi umat Allah. Nama kitab Ulangan dirangkum dalam baris pertama yang berbunyi “ inilah perkataan-perkataan itu”. Nama Ulangan diambil dari kata Yunani yang berarti “hukum kedua” yang merupakan terjemahan yang sedikit kurang tepat dari “salinan dari hukum ini” ( 17:18)
b.             Struktur Kitab Ulangan
Dalam Ulangan kita membaca pengulangan dan penekanan kembali dari perjanjian yang dibuat antara Allah dan bangsa Israel di Sinai. Bentuk perjanjian dibuat sesuai dengan pola umum naskah perjanjian di Asia Timur Dekat kuno yang terdiri dari latar belakang historis, daftar kewajiban, uraian mengenai berkat dan kutuk, serta pengaturan untuk menyimpan dan membaca dokumen perjanjian. Dalam Ulangan pola ditampilkan dalam bentuk tiga pidato Musa di depan bangsa Israel sebelum ia wafat untuk mengingatkan mereka apa artinya menjadi umat Allah.
c.              Penulis dan Waktu Penulisan
Tidak dapat disangkal lagi bahwa yang menulis kitab Ulangan adalah Musa sendiri.
d.             Mengapa Kitab Ulangan Ditulis
Tujuan utama dari pidato-pidato Musa ialah untuk menyakinkan bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah sebelum ia menyerahkan tampuk pimpinan kepada Yosua dan bangsa itu berjuang melawan orang Kanaan. Secara keseluruhan Ulangan mengajarkan isi dan arti agama Israel, menantang mereka untuk melaksanakan peraturan-peraturannya dan mendorong bangsa itu untuk menyerahkan diri sekali lagi pada pelayanan kepada Allah. Kitab Ulangan menggambarkan”kehidupan berbahagia” dalam persekutuan dengan Allah sambil menikmati segala berkat-Nya, dan membandingkannya dengan akibat yang akan terjadi bila mereka melalaikan perjanjian.  Kitab ini hampir digambarkan sebagai kitab “undang-undang” bagi bangsa Israel dan bukan hanya berlaku sebagai buku pegangan bagi para pemimpin mereka.
          Di bawah ini adalah ringkasan/garis-garis besar kitab Ulangan.                              

A.           PIDATO MUSA YANG PERTAMA PASAL  1-4:43 ( PENOLAKAN TERHADAP PERJANJIAN ABRAHAM)
a.       Pasal 1:1-5 Pendahuluan Musa mulai berpidato
Pasal 1-4:43, berisi sejarah mengenai seberapa jauh karya Allah bagi bangsa Israel. Karya-karya Allah dinyatakan dalam kehidupan bangsa Israel, namun mereka mengecewakan hati Tuhan, dengan sikap penolakan mereka. Penolakan Israel atas perjanjian Abraham nyata sekali dalam sikap dan perilaku orang Israel yang tidak mempercayai Tuhan denga segenap hati. Israel sering melanggar perintah Tuhan, sering mereka tidak taat akan perjanjian yang telah Allah buat dengan mereka melalui Abraham dan hamba-Nya Musa.
Pasal 1:1-5 merupakan pendahuluan kitab Ulangan dimana Musa mulai berpidato, menyampaikan hukum Taurat kepada bangsa Israel.
b.      Pasal 1:6-8 berisi Firman Allah di Horeb
Firman Allah di Horeb yang intinya berisi supaya bangsa Israel masuk ke Tanah Perjanjian yaitu Kanaan, seperti yang telah Tuhan Allah janjikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub. “ Ketahuilah, Aku telah menyerahkan negeri itu kepadamu ; masukilah, dudukilah negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak, dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunannya” (Ulangan 1:8). Inilah janji Tuhan kepada Israel, mereka diberikan suatu negeri yang subur, berlimpah susu dan madunya, dan janji akan penyertaan Tuhan atas hidup mereka. Namun Alkitab mencatat bahwa meskipun Tuhan memberkati dan menyertai Israel, mereka tetap menolak perjanjian itu dengan sikap ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan Allah.
c.       Pasal 1:9-18 hakim-hakim diangkat untuk membantu Musa.
Secara pribadi Musa sendiri yang memimpin dan mengajar serta menjadi hakim bagi bangsa Israel, namun bagaimanapun ia tetap seorang manusia biasa yang penuh dengan keterbatasan. Oleh karena itu diangkatlah hakim-hakim yang akan membantu tugas Musa dalam menghakimi bangsa Israel dengan mengangkat kepala pasukan seribu, kepala pasukan seratus, kepala pasukan lima puluh dan kepala pasukan sepuluh dan sebagai pengatur pasukan bagi suku-suku Israel ( ayat 15).
d.      Pasal 1:19-25, penyelidikan pertama ke Kanaan
Musa mengutus dua belas pengintai, sepulangnya mereka dari pengintai itu mereka mulai meragukan pimpinan dan penyertaan Tuhan, mereka menggerutu dan menentang Tuhan dan mereka mulai tidak taat kepada Allah. Ini berarti mereka secara tidak langsung menolak perjanjian yang telah Allah janjikan kepada Abraham. Karena ketidaktaatan mereka inilah akhirnya Tuhan membuat perjalanan mereka menjadi panjang dengan melewati padang gurun, padahal jarak ke tanah perjanjian tidak begitu jauh. Hal itu Tuhan lakukan untuk melihat kesetiaan mereka kepada perjanjian Tuhan, Tuhan ingin melihat ketaatan mereka. Namun semakin lama pengembaraan mereka di padang gurun mereka semakin tidak taat dan memberontak kepada Tuhan.
e.       Pasal 1:26-46 bangsa itu tidak taat kepada Allah
Dari pengintai yang dilakukan oleh para pengintai itu, mereka pulang dengan membawa kabar busuk, kecuali Yosua dan Kaleb, sehingga bangsa itu mulai bersungut-sungut dan tidak taat kepada Tuhan. Padahal janji Tuhan akan menyertai mereka akan tetapi bangsa itu adalah bangsa yang tegar tengkuk sehingga setiap kali ada masalah mereka bukannya percaya dan mengandalkan Tuhan, malah sebaliknya  mereka menyalahkan Tuhan, memberontak dan tidak taat kepada Tuhan.
f.          Pasal  2:1-18 pengembaraan di padang gurun
Karena ketidaktaatan mereka, Tuhan membawa mereka berputar-putar menuju Tanah Kanaan. Lewat itu Tuhan melihat hati dan kesetiaan mereka kepada Tuhan, Tuhan melihat sampai dimana ketaatan mereka. Lewat pengembaraan di padang gurun Tuhan mau mengajar mereka agar mereka benar-benar mengandalkan Tuhan, lapar dan haus akan kebenaran.
g.      Pasal 2:19-3:17 perebutan daerah sebelah timur Sungai Yordan
Sebelah Timur Sungai Yordan mulai direbut
h.      Pasal 3:18-29 Musa harus menyerahkan kepemimpinannya kepada Yosua. Pada pasal ini Musa mulai mempersiapkan penerusnya, agar bisa memimpin bangsa itu ke Kanaan.
i.           Pasal 4:1-40 jalan Allah sudah dipersiapkan
j.           Pasal 4:41-43 penunjukan kota-kota suaka

B.            PIDATO MUSA YANG KEDUA BAGIAN I PASAL  4:44 S.D PASAL  11 ( HUKUM MORAL )
a.              Pasal 4:44-49 pendahuluan
b.             Pasal 5:1-22 sepuluh perintah
Ada 3 hal yang mau dikemukakan dari nas kita. Yang pertama larangan membuat dan menyembah patung dalam bentuk apapun. Menurut pemikiran primitif, patung yang dibuat menjadi sarana untuk “menghadirkan” atau “melokalisasikan” kuasa ilahi, karena kuasa ilahi itu pasti datang menjiwai penggambarannya sendiri. Dengan pemikiran tersebut pembuatan patung merupakan usaha untuk mengikat atau melokalisasikan kusa ilahi supaya kuasa tersebut selalu tersedia dan dapat dihubungi (atau dikuasai) oleh sipenyembah, bilamana ia memerlukan pertolongan ilahi. Dan hal ini tidak benar. Motivasi membuat patung walaupun menyerupai gambar mahluk sorgawi atau gambar Allah sekali pun tidak saja tidak dapat dibenarkan tetapi juga pemahaman itu salah besar. Yahwe tidak perlu dan tidak boleh dihadirkan karena Dia sendirilah yang berinisiatif untuk hadir, bahkan terlebih dahulu memberikan diriNya kepada umat pilihanNya. Dengan kata lain Allah hadir atau tidak tergantung Allah sendiri, tergantung kemauan Allah. Allah tidak bisa didikte, atau disuruh-suruh seperti pembantu kita. Allah demikianlah yang telah dikenal Musa dan memperkenalkan diriNya kepada orang Israel. Lihatlah dalam perjalanan bangsa Israel di padang gurun Allah itu menyatakan diri lewat tiang awan pada siang hari dan tiang api pada malam hari. Berarti Allah itu hidup bukan mati. Karena itu pembuatan patung lalu menyembahnya berarti pengingkaran terhadap Allah yang hidup, Allah yang menyatakan kehendaknya secara bebas, Allah yang berkuasa diatas kuasa apapun. Kedua, Allah yang cemburu. Kata cemburu disini harus dipahami sebagai akibat bila hukum ke I dan ke II dilanggar. Dalam hal ini Allah tidak mentolirir umatNya menyembah allah lain seperti patung yang dipahat dari kayu atau batu, demikian juga patung yang dituang dari logam atau dari apapun. Allah sangat cemburu (murka) apa bila ciptaannya yang diciptakan segambar dengaNya (manusia) lebih menggantungkan diri atau lebih bersandar kepada mahluk atau benda yang ciptaanNya juga, lebih dari pada menggantungkan diri dan bersandar kepadaNya. Disebutkan dalam ayat 9, bahwa Allah akan menghukum orang tersebut sampai dengan cicitnya (keturunan ke 4). Ketiga, Allah menunjukkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang. Karena kata “orang” tidak ada dalam teks Ibrani, maka kata beribu-ribu dapat juga dilengkapi menjadi beribu-ribu keturunan. Kalau hukuman akibat tidak mengasihi Allah (menyembah berhala) sampai keturunan ke 4, maka kasih setia Allah (penyertaan dan pemeliharaan Allah) jauh melampaui hal itu. Disebutkan dalam ayat 10 bahwa Allah akan menunjukkan kasih setiaNya kepada beribu-ribu orang (keturunan), yakni mereka yang mengasihi Allah seta berpegang kepada perintah-perintahNya (tidak menyembah berhala dalam bentuk apapun).
c.              Pasal 5:23-33 respon bangsa Israel
d.             Pasal 6:1-25 kasihi, percayai dan taati Allah
e.              Pasal 7:1,2 rebutlah negeri itu
f.                     Pasal 7:3-26 tetapi, bukan adat-istiadat dan dewa-dewanya
g.             Pasal 8:1-10 ketaatan akan membawa berkat
h.             Pasal 8:11-20 ketidaktaatan akan membawa malapetaka
i.                      Pasal 9:1-6 mereka tidak layak memasuki negeri itu
j.                      Pasal bangsa Israel umat berdosa
k.             Pasal 10:1-22 perjanjian diperbaharui
l.                      Pasal 11:1-32 berkat atau kutuk?
Pasal 4:44 sampai dengan pasal 11 berisi perjanjian dengan Allah yang disampaikan Musa kepada bangsa Israel dalam pidato keduanya. Pesan Utama dalam pasal 4 sampai pasal 11 adalah tentang hokum moral bagi bangsa Israel. Hukum moral tersebut berisi hukum taurat yaitu kesepuluh perintah yang harus Israel taati ( pasal 5:1-21 ). Pasal 5:23-33 merupakan respon bangsa Israel, mereka takut menghadapi kedatangan Tuhan. Pada awalnya respon mereka sangat baik, mereka memiliki hati yang takut akan Tuhan.” Ketika Tuhan mendengar perkataanmu itu, sedang kamu mengatakannya kepadaku, maka berfirmanlah Tuhan kepadaku: Telah Kudengar perkataan bangsa ini yang dikatakan mereka kepadamu. Segala yang dikatakan mereka itu baik. Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, supaya baik keadaan mereka dan anak-anak mereka untuk selama-lamanya!” ( Ulangan 5:28-29 )
Pasal-pasal selanjutnya 6:1-25 berkaitan dengan hokum moral juga yakni kasihi Tuhan, percayai dan taatilah Dia. Pasal 7:1-26 merebut tanah Kanaan, tetapi bukan adat istiadat dan dewa-dewa mereka. Pasal 8 berbicara mengenai ketaatan akan mendatangkan berkat dan ketidaktaatan akan mendatangkan malapetaka. Karena ketidaktaatan mereka, sehingga mereka tidak layak memasuki negeri itu ( pasal 9). Pasal 10 perjanjian diperbaharui kembali. Pasala 11 bicara mengenai berkat dan kutuk.

C.            PIDATO MUSA KEDUA BAGIAN II
Peraturan-peraturan terperinci
1.           PASAL 12-16 ( HUKUM SEREMONIAL )
Hukum seremonial berisi:
a.       Pasal 12:1-32 mengenai petunjuk-petunjuk untuk peribadatan
Tuhan Allah tidak memaksakkan umatNya untuk taat kepadaNya, tetapi memberikan pilihan, taat atau tidak taat.Kalau umat itu taat pasti akan mendapatkan berkat, sebaliknya kalau tidak taat pasti akan mendapatkan kutukan (Ul 28:1-68).
Seluruh kitab Ulangan berkisar pada perjanjian yang diadakan Tuhan dengan umat-Nya. Karenanya kitab ii  disebut sebagai”Naskah Perjanjian”. Kitab Ulangan disusun menurut pola dasar khusus dan istimewa. Pola dasar itu boleh disebut sebagai”surat perjanjian”. Ini berkaitan dengan hubungan Israel dan Allah yang memiliki hubungan khusus . Tuhan adalah raja dan umat Israel tunduk kepada-Nya[1]
b.      Pasal 13:1-18 nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu harus binasa
c.       Pasal 14:1-29 peraturan-peraturan mengenai makanan dan persepuluhan
d.      Pasal 15:1-18 mengenai tahun pembebasan para budak
e.       Pasal 15:19-23 Anak sulung ternak adalah milik Allah
f.       Pasal 16:1-22 hari-hari raya tahunan
2.           PASAL 17-26 ( HUKUM SIPIL )
Hukum-hukum yang berlaku dalam kehidupan masyarakat dan politik
a.       Pasal 17:1-20 peraturan bagi para hakim dan raja-raja
b.      Pasal 18:1-8 hak bagi orang Lewi
c.       Pasal 18:9-22 peraturan mengenai nubuatan
d.      Pasal 19:1-21 mengenai apa yang harus dilakukan terhadap pembunuh
e.       Pasal 20:1-20 peraturan tentang perang
f.       Pasal 21:1-25:19 peraturan tentang kehidupan
g.      Pasal 26:1-19 persembahan kepada Allah.
Hukum taurat berlaku bagi bangsa Israel. Hukum taurat yang terdiri dari hukum seremonial, moral dan hukum sipil. Tetapi sekarang di mana kita hidup dalam kasih karunia Tuhan, hukum-hukum seremonial dan hukum sipil seperti di hukum taurat dulu menjadi tidak berlaku lagi, akan tetapi hukum moral masih tetap berlaku.


D.           PESAN DARI PARA PEMIMPIN PASAL 27-34 ( PERJANJIAN PALESTINA )
1.           PASAL 27-28
a.       Pasal 27:1-3 ingatlah pada perjanjian
b.      Pasal 27:4-10 dirikanlah mezbah di gunung Ebal
c.       Pasal 27:11-26 kutuk bagi mereka yang tidak taat
d.      Pasal 28:1-14 berkat bagi mereka yang taat
e.       Pasal 28:15-68 akibat-akibat  berpaling dari Allah

2.           PIDATO MUSA YANG KETIGA PASAL 29-30
a.       Pasal 29:1-17 engkau telah melihat apa yang telah diperbuat Allah
b.      Pasal 29:18-29 engkau akan melihat apa yang akan diperbuat Allah
c.       Pasal 30:1-10 pertobatan membawa pemulihan
d.      Pasal 30:11-14 perintah-perintah Allah tidak terlalu sukar
e.       Pasal 30:15-20 Allah layak dipatuhi

3.           HARI-HARI TERAKHIR MUSA PASAL 31-34
a.       Pasal 31:1-8 Yosua akan menjadi pemimpin baru
b.      Pasal 31:9-29 Persiapan pengambilalihan
c.       Pasal 31:30-32:52 nyanyian perpisahan Musa
d.      Pasal 33:1-29 berkat terakhir
e.       Pasal 34:1-12 Musa meninggal dunia

E.            TEMA-TEMA KUNCI KITAB ULANGAN
1.      Kekuasaan Allah
Allah tidak hanya dipandang sebagai Tuhan perjanjian yang berdaulat atas seluruh bangsa Israel, tetapi juga sebagai Allah umat manusia, berkuasa atas seluruh dunia, yang berkuasa atas bangsa-bangsa dan alam semesta. Dia mempunyai kuasa untuk melaksanakan janji-janji-Nya.
2.      Kesetiaan Allah
Salah satu hal yang memungkinkan bangsa Israel melihat perjanjian itu sebagai dasar dari kehidupan bangsa mereka adalah pengetahuan bahwa Allah dapat diandalkan sepenuhnya dalam kehidupan mereka.
3.      Kasih Allah
Dasar utama dari perjanjian antara Allah dengan bangsa Israel adalah kasih. Kasih Allahlah yang memulai perjanjian itu dan memungkinkan kelanjutannya. Tuntutan pertama terhadap manusia adalah bahwa manusia harus mengasihi Allah. Tanpa kasih hubungan dengan Allah tidak mungkin terwujud.
4.      Penyerahan
Yang Allah inginkan dari umat-Nya adalah penyerahan total, kesetiaan yang utuh, dan pengabdian dengan sepenuh hati. Semua ini berarti mengikuti kehendak Allah dalam setiap segi kehidupan seperti diatur dalam perintah-perintah di dalam perjanjian.

F.             PESAN DARI KITAB ULANGAN
Pesan-pesan yang terdapat dalam kitab Ulangan ini adalah:
Allah perjanjian
Allah merupakan pusat pesan Ulangan. Oleh karena Dia adalah Dia, maka perjanjian itu ada.
1). Dia satu-satunya Allah
2). Dia adil dan benar
3) Dia penguasa yang berdaulat
4). Dia pencemburu dan tidak ingin disaingi
5). Dia lemah lembut dan murah hati
6). Dia adalah Bapa orang Israel
a.             Kewajiban-kewajiban dalam perjanjian
Jika Israel ingin mengadakan hubungan dengan Allah, maka mereka harus mengakui kedaulatan-Nya dan menjadi bangsa yang kudus, sehingga layak bagi Allah yang kudus. Ini berarti melaksanakan tuntutan Allah
1). Ketaatan mutlak dalam segala bidang
2). Kasih yang bulat dan teguh
3). Percaya penuh hanya kepada Allah
4). Selalu ingat kepada Allah-siapa Dia, apa yang telah dilakukan-Nya
5). Pendidikan bagi anak-anak
b.            Berkat bagi yang taat kepada perjanjian
1). Kemakmuran bangsa dan kemenangan terhadap musuh-musuh
2). Kemakmuran negeri-termasuk kesuburan tanaman dan ternak serta keadaan   
     cuaca yang baik
3). Kemakmuran bagi keluarga-mereka akan mempunyai banyak anak-anak sehat
4). Kemakmuran bagi tiap orang-termasuk kesehatan yang baik dan panjang umur
c.             Akibat-akibat dari ketidaktaatan pada perjanjian
1). Malapetaka bagi bangsa. Mereka akan menderita banyak kekalahan dan pada 
     akhirnya dimusnahkan
2). Malapetaka bagi negeri. Akan terjadi kekeringan yang dahsyat dan tanaman 
     serta binatang akan binasa
3). Malapetaka bagi rakyat. Akan terjadi epidemi yang menakutkan, keluarga akan
     terpecah-pecah dan tidak ada keamanan
Hubungan dengan Allah tidak boleh dilaksanakan dengan sewenang-wenang. Daftar berkat dan kutuk menekankan kesungguhan dari perjanjian dengan Allah. Ulangan menegaskan bahwa Allah sungguh-sungguh mempunyai kuasa untuk mendatangkan semua berkat dan kutuk itu.

G.           KESIMPULAN DAN APLIKASI
Ulangan mengajar kita tentang:
1.      Hubungan kita dengan Allah
a.       Hubungan itu harus terjadi. Menjadi rakyat suatu bangsa atau keluarga yang mengikuti Allah tidaklah cukup. Setiap pribadi harus mempunyai pengalaman langsung dan segar dengan Allah.
b.      Hubungan itu harus hidup. Perjanjian itu lebih dari sekedar perjanjian kontrak. Allah meninginkan persekutuan dengan umat-Nya dan kasih dari mereka, dengan ketaatan yang terbit dari kasih itu.
c.       Hubungan itu harus menyeluruh. Allah ingin kita mengikuti Dia, tidak hanya satu hari dalam seminggu atau dalam situasi-situasi tertentu, tetapi setiap saat-Dia menaruh perhatian pada apa yang kita kerjakan dalam setiap segi kehidupan kita.
2.      Ibadah kita kepada Allah
a.       Ibadah kita harus murni dan tidak dinodai atau dirusakan dengan memasukkan pengajaran dan adat istiadat orang-orang di sekeliling kita.
b.      Ibadah kita harus diresapi dan tidak semata-mata hanya terikat pada suatu bentuk peribadatan tertentu. Ibadah itu harus menyenangkan hati Tuhan.


Daftar Pustaka

Retnawaty Rimba,(2008) Intisari Alkitab Perjanjian Lama, Jakarta:PPA
C,Groenen,(1992), Pengantar Kedalam Perjanjian Lama, Yogyakarta:Kanisius
LAI, (2002), Alkitab, Jakarta:LAI



[1] C,Groenen,(1992), Pengantar Kedalam Perjanjian Lama, Yogyakarta:Kanisius, hlm127-130

Tidak ada komentar: