A. Pendahuluan
Galilea (Ibrani גליל - GALIL, Yunani, γαλιλαια -galilaia), artinya ‘cincin, bulatan’, menjadi ‘daerah’). Nama daerah bagian Palestina Utara, tempat masa kanak-kanak Yesus Kristus dan permulaan pekerjaanNya. Nama asli daerah seperti dikenakan disini tidak lagi diketahui. Garis batas daerah Galilea yang sebenarnya Sukar ditentukan kecuali dalam arti batas propinsi kekaisaran Romawi. Nama Gailea dikenakan kepada wilayah-wilayah yang berbatasan dengan Israel , daerah yang berubah-ubah dari saat ke saat.
Pada masa Kristus, propinsi Galilea merupakan suatu daerah berbantuk 4 persegi panjang, sekitar 70km dari utara ke selatan, dan 40km dari timur ke barat, berbatasan dengan Sungai Yordan dan laut Galilea di tiur, dan terputus di Laut Tengah pada bagian selatan Siro-Fenisia menuruh ke dataran pantai.
Jika ini diterima sebagai perbatasannya, maka daerah Galilea terdiri dari suatu dataran tinggi, semua perbatasannya kecuali di utara dibatasi oleh dataran-dataran tanah pesisir, daerah pantai, dataran Esdraelon dan lembah Yordan. Nyata bahwa Galilea adalah ujung selatan pegunungan Libanon, permukaan tanahnya bertingkat dua, dari utara ke selatan melewati daerah itu. ‘Tingkat’ yang lebih tinggi membentuk Galilea Atas. Bagian terbesar adalah 1,000m di atas permukaan laut. Pada masa Perjanjian Baru (PB) daerah itu penuh dengan hutan dan penduduknya sangat sedikit. ‘Tingkat’ yang lebih rendah membentuk Galilea bawah, 450-600m diatas permukaan laut, tapi wilayah dekat Laut Galilea menu run tajam sampai melebihi 180m dibawah permukaan laut Galilea.
Daerah Galilea Bawah inilah yang paling banyak dibicarakan oleh penulis-penulis Injil. Dengan baik sekali diairi oleh sungai yang behulu di pegunungan di utara. Tanahnya subur, yang berbentang dalam lembah-lembah berbatu kapur di antara bukit-bukitnya. Penduduknya padat dan makmur. Daerah ini mengekspor minyak zaitun dan gandum, serta ikan yang berasal dari danau itu.
Diluar pola utama kehidupan Israel zaman Perjanjian Lama (PL), nampaknya Galilea mendapat peranan penting dalam PB (D Baly. The Geography of the Bible, 1957, p 190). Wilayah Romawi ini diperintah berturut-turut oleh Herodes Agung (meninggal tahun 4sM), Herodes Antipas dan Herodes Agripa. Dipisahkan dari Yudea oleh kekuasaan Samaria – Demikianlah sekurang-kurangnya pandangan Yahudi --. Galilea membentuk suatu bagian yang integral dari ‘negeri’ Yahudi itu; dan sesungguhnya orang Galilea-lah yang dengan sangat keras, melebihi orang Yahudi selatan, menentang pemerintahan Romawi.
Inilah wilayah, tempat Yesus Kristus bertumbuh dan dibesarkan, di Nazareth, di tengah bukit-bukit berbatu kapur, daerah Galilea Bawah. Karena letaknya sedemikian rupa, daerah ini dilintasi jalan-jalan raya, justru bukan daerah mati. Pertaniannya, perikanannya, perdagangannya dan latar-belakang kebudayaannya dengan baik dikenal oleh Kristus, dimanfaatkanNya dalam perumpamaan-perumpamaan dan ajaranNya. Murid-murid Kristus yang pertama adalah dari masyarakat daerah ini, dan tempat-tempat pemukimannya yang tersebar dan padat menjadi padang misi pelayanan Kristus.
Dewasa ini, Galilea dan dataran Esdraelon merupakan pusat daerah Israel bagian utara. Tapi penduduknya yang serba modern harus bekrja keras untuk memperbaiki kembali daerah itu karena telah banyak kehilangan kemakmuran yang pada zaman PL ternikmati. Bagian terluas hutannya telah digeser oleh marquis, belukar khas Laut tengah. Banyak kota dan desa yang dikenal dan dikunjungi Kristus, telah tiada, hampir tidak meninggalkan bekas.[1]
Di danau inilah terjadi keajaiban setelah Yesus memberi makan lima ribu orang lebih dengan lima roti dan dua ikan Tanda lima roti jelai dan dua ikan dimaksudkan untuk orang banya, sedangkan tanda di danau Galilea dikhususkan bagi murid-murid Yesus. Rupanya Yesus sadar bahwa mereka bingung dan kecewa, karena Yesus menolak untuk menjadikan Dia Raja. Lalu Yesus memberikan suatu bukti bahwa Dialah sungguh-sungguh Raja atas alam yang dengan perintah-Nya dapat meneduhkan angina dan laut. Seolah-olah Ia berkata”Aku tidak mau jadi raja dengan dasar keperluan akan roti semata-mata. Aku raja atas alam semesta, angin dan ombak tidak dapat mengalahkan Aku. Aku menjadi Raja dengan dasar yang rohani.” Yesus telah menyatakan kuasa-Nya menjadikan roti dan kuasa-Nya harus melalui salib.[2]
Kalau murid-murid Yesus kecewa karena mereka hendak membawa Dia sebagai raja dan Yesus menolaknya, maka dengan pengalaman mereka di tengah-tengah danau Galilea ini bisa mengobati rasa kecewa mereka, dan membuktikan kepada mereka bahwa Yesus adalah Raja atas alam semesta.
Kisah sebelumnya di mana Yesus memberi makan lima ribu orang dengan lima roti, dan orang banyak takjub dan berkata bahwa Dia adalah seorang nabi besar yang datang ke dunia, kemudian berikut ini: "Ketika Yesus tahu bahwa mereka datang untuk menangkap-Nya , dan untuk membuat Dia menjadi raja, ia melarikan diri lagi ke gunung sendirian. "Oleh karena itu diberikan harus dipahami bahwa Tuhan, ketika Dia duduk di gunung-Nya dengan murid, dan melihat orang banyak datang kepada-Nya, telah turun dari , dan memberi makan orang banyak pada bagian bawahnya. Bagaimana bisa bahwa Dia harus melarikan diri ke sana lagi, jikalau Dia tidak sebelum turun dari gunung? Ada sesuatu yang dimaksudkan oleh Tuhan turun dari tempat tinggi untuk memberi makan orang banyak. Dia memberi mereka makan, dan naik.
Tanda dalam kisah Yohanes 6:16-21 ini tidak khas disebut tanda, pun tidak ada catatan tentang akibat-akibat yang menyusul. Namun agaknya masuk akal untuk memandang ini sebagai satu dari rangkaian buah tanda dalam Yohanes[3]
Yesus menampakkan ke-Allah-an-Nya. Melihat perbuatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus ketika memberi makan lebih dari 5000 orang, kita tidak melihat reaksi murid-murid secara jelas. Kita tidak tahu apakah perbuatan Yesus membuat mereka semakin dalam mengenal Yesus. Jika dalam 2:11 murid-murid yang melihat air berubah menjadi anggur semakin dalam imannya kepada Yesus, maka pada peristiwa kali ini tidak jelas efeknya terhadap murid-murid.
A. Teks Alkitab
Yohanes 6:16-21 ( LAI )
16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu 17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka,18 sedang laut bergelora karena angin kencang.19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya, mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka.20 Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!"21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui.
John 6:1-21 (King James Version)
16And when even was now come, his disciples went down unto the sea, 17And entered into a ship, and went over the sea toward Capernaum . And it was now dark, and Jesus was not come to them. 18And the sea arose by reason of a great wind that blew. 19So when they had rowed about five and twenty or thirty furlongs, they see Jesus walking on the sea, and drawing nigh unto the ship: and they were afraid. 20But he saith unto them, It is I; be not afraid. 21Then they willingly received him into the ship: and immediately the ship was at the land whither they went.
John 6:16-21 (New International Version)
Jesus Walks on the Water
16When evening came, his disciples went down to the lake, 17where they got into a boat and set off across the lake for Capernaum . By now it was dark, and Jesus had not yet joined them. 18A strong wind was blowing and the waters grew rough. 19When they had rowed three or three and a half miles,] they saw Jesus approaching the boat, walking on the water; and they were terrified.20But he said to them, "It is I; don't be afraid." 21Then they were willing to take him into the boat, and immediately the boat reached the shore where they were heading.
B. Pertanyaan
- Kenapa Yesus pergi dahulu ke gunung, sedang murid-murid berlayar tanpa Dia?
- Apa yang dialami oleh murid-murid Yesus ketika sedang berada di danau Galilea?
- Apa yang membuat murid-murid begitu ketakutan?
C. Tafsiran
16 Dan ketika hari sudah mulai malam, murid-murid Yesus pergi ke danau, lalu naik ke perahu
Ketika hari sudah mulai malam, murid-murid menyeberang ke Kapernaum dengan perahu (ayat 16-17). Yesus tidak bersama dengan mereka. Di tengah perjalanan mereka melihat Tuhan Yesus berjalan di atas air. Kembali Yesus bersaksi melalui perbuatan dan bukannya perkataan. Melihat Yesus berjalan di atas air, mereka menjadi takut
Menurut Matius 14:22, kisah serupa dengan Yohanes 6:16-21 bahwa Tuhan Yesus menyuruh mereka pergi mendahului Dia ke seberang sana , dan Ia menyuruh orang banyak pulang. Tampaknya Dia memisahkan murid-murid-Nya dengan orang banyak yang memegang prinsip kerajaan yang keliru. Pemahaman orang banyak mengenai Yesus adalah mereka mau membawa Dia dengan paksa untuk menjadi raja atas mereka. Karena pada masa itu mereka berada dalam penjajahan bangsa Romawi. Mereka ingin kebebasan dan hidup dalam kemerdekaan. Akan tetapi pemahaman mereka sangat sempit. Yesus yang adalah Raja segala raja dan Tuhan di atas segala tuhan mereka hanya pandang dari segi kemanusiaan/jasmani saja. Padahal Yesus datang sebagai raja atas alam semesta. Karena itu dalam kisah Yoh 6:16-21 ini mau menceritakan bahwa Yesus adalah Raja atas alam semesta.
17 dan menyeberang ke Kapernaum. Ketika hari sudah gelap Yesus belum juga datang mendapatkan mereka. Rupanya Dia akan berkata bahwa Dia akan menemui mereka diseberang pantai. Mungkin kegelapan laut saat itu dan ketidak hadiran Yesus menisyaratkan kepada mereka bahwa pemahaman mereka tentang Yesus masih gelap dan tanpa Yesus kehidupan mereka berada dalam kegelapan dan ketidak pastian. Hal seperti ini mungkin sering terjadi dalam hidup kita dan tanpa kita sadari bahwa kita berjalan sendiri tanpa Yesus dan kita berjalan tanpa arah dan tujuan, jalan hidup kita penuh dengan kegelapan dan ketakutan.
18 sedang laut bergelora karena angin kencang
Permukaan danau Galilea berada kira-kira 200 meter di bawah permukaan laut. Jika udara dingin turun dari dataran tinggi dan bercampur dengan udara hangat dan lembab di atas danau, akibatnya datanglah angina badai yang kuat dan mendadak[4]. Saat mereka ladi di tengah-tengah danau maka mereka menemui masalah, bahwa perahu mereka sangat sulit untuk berjalan karean angina kencang. Bahkan semakin membuat mereka ketakutan dan terasa melelahkan. Kehidupan yang dialami oleh murid-murid Yesus itu identik dengan kehidupan manusia bila tanpa Yesus. Hidup kita ini ibarat berjalan menyeberang lautan mencapai pelabuhan damai. Ketika Yesus tidak bersama kita maka kita akan mengalami banyak masalah, seperti yang dialami oleh murid-murid.
19 Sesudah mereka mendayung kira-kira dua tiga mil jauhnya[5], mereka melihat Yesus berjalan di atas air mendekati perahu itu. Maka ketakutanlah mereka.
(ayat 19). Mereka menjadi takut bukan karena menghadapi danau yang sedang bergelora karena angin kencang. Mereka takut karena melihat Yesus berjalan di atas air. Mereka takut karena melihat Yesus mendemonstrasikan ke-Allahan-Nya. Yesus berjalan di atas air bukan karena hendak menyelamatkan mereka dari danau yang sedang bergelora. Yesus berjalan di atas air karena ingin bersaksi bahwa Ia adalah Anak Allah.
Perjalanan mereka menyeberang danau Galilea cukup jauh kira-kira dua tiga mil jauhnya. Secara harfiah Yohanes berkata dua puluh lima atau tiga puluh stadion. Satu stadion adalah 185 meter, jadi jarah ini adalah empat setengah atau lima setengah km. lebar danau Galilea 11 km, dan panjangnya 20km, walaupun pada saat itu mereka tidak berada ditempat yang paling dalam. Akan tetapi angina kencang menerpa perahu mereka sehingga mereka susah payah mendayung perahu menuju seberang danau.
20Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Aku ini, jangan takut!"
Ketika Yesus sudah dekat, Ia berkata kepada mereka, "Aku ini, jangan takut" (ayat 20). Dalam bahasa Yunani frasa "Aku ini" adalah terjemahan dari `ego eimi'. Frasa ini muncul dalam 4:26 dalam kaitan dengan ke-Mesiasan-Nya. Dalam Yesaya 43, frasa ini adalah ucapan Allah. Kombinasi frasa ini dengan perintah untuk tidak takut mengungkapkan ke-Allahan Yesus. Melihat Yesus berjalan di atas air dan mendengar kalimat Yesu˜˜s yang biasa muncul dari mulut Allah, murid-murid tidak memberikan respons apa pun. Mereka tetap membisu. Tidak jelas kepada kita apakah iman mereka semakin dalam melihat penyataan diri Yesus yang luar biasa. Di samping kedua hal ini, murid-murid juga mengalami mukjizat yang lain. Dalam keadaan kepayahan Yesus datang berjalan di atas air. Akan tetapi mereka sangat ketakutan karena baru kali itu melihat manusia berjalan di atas air, dan mereka pikir itu adalah hantu. Karena itu Yesus berkata”Aku ini. Kata Aku ini dalam bahasa Yunani terkait erat dengan nama Allah, yaituYahweh. Ungkapan tersebut tentunya menunjuk kepada Allah, dan Yesus sendiri adalah Allah dalam rupa manusia. Sekalipun Yohanes sempat membuat kita ragu dan bingung akan maksud dari perkataan Yesus Aku ini
21 Mereka mau menaikkan Dia ke dalam perahu, dan seketika juga perahu itu sampai ke pantai yang mereka tujui. Setelah mereka sadar dan melihat bahwa yang datang berjalan di atas air itu adalah Yesus merekapun tidak takut lagi, sebaliknya mereka meresa lega, karena setelah Yesus naik perahu mereka anginpun reda dan mereka tiba di tujuan dengan selamat. Entah apa maksud Yohanes mengatakan bahwa sekita itu mereka sampai ke pantai. Seolah-olah terjadi keajaiban yang membuat mereka cepat sampai ke pantai, padahal sebelumnya mereka berada di tengah-tengah danau, dan perjalanan mereka seharusnya masih cukup lama. Tetapi yang mau saya katakana di sini adalah bahwa dengan kehadiran Yesus dalam perahu mereka membuat mereka bisa sampai ke tujuan tepat waktunya. . Perahu mereka seketika tiba di tempat tujuan (ayat 21). Meski mengalami 4 bentuk kesaksian (memberikan makan, berjalan di atas air, frasa ego eimi, dan tiba seketika), murid-murid tidak secara jelas mengungkapkan iman mereka.
E. Jawaban
1. karena Yesus menolak menjadi raja, karena orang banyak dan murid-murid-Nya mau membawa Dia dengan paksa supaya Ia menjadi raja. Dan Yesus menolaknya, karena mereka tidak mengerti bahwa Yesus adalah Raja atas alam semesta. Sedangkan merekan hanya mau menjadikan Dia raja atas dasar jasmaniah saja sedang Yesus menjadi raja atas dasar rohaniah.
2. yang mereka alami adalah masalah serius, karena perahu mereka kepayahan untuk mendayung, sebab angina kencang menerpa perahu mereka. Dan mereka mengalami masalah karena tidak ada Yesus bersama mereka.
3. pertama mereka takut, karena angin kencang menerpa perahu mereka. Kedua, karena mereka melihat Yesus berjalan di atas air, dan mereka menganggap itu hantu.
F. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
Pertama hidup kita ibarat berada dalam perjalanan seperti murid-murid Yesus menyeberang danau Galilea. Hidup kita tanpa Yesus pasti mengalami banyak masalah dan badai kehidupan akan selalu menerpa perahu kehidupan kita. Ketakutan yang dialami oleh murid-murid Yesus sering juga kita alami, dan itu manusiawi sekali.
Kedua bahwa sering kita seperti murid-murid Yesus selalu mengandalkan kekuatan sendiri, bila menghadapi masalah. Dan ketika kita masih ada ditengah-tengah masalah Tuhan datang dengan cara yang ajaib, dan jutru kita keliru melihat bahwa itu adalah bukan karena Tuhan, tetapi karena kita sendiri. Dan sering bila kita ketakutan kita salah melihat Tuhan. Kita sering dibutakan mata rohani kita saat kita berada dalam masalah dan kepanikan. Namun sapaan Yesus membuat kita sadar dan damai serta mengerti bahwa Yesuslah raja atas kehidupan ini.
G. Aplikasi
Sebagai aplikasi dari Yohanes 6:16-21 adalah kita harus belajar dari pengalaman yang di alami oleh murid-murid Yesus. Jangan kita berjalan sendiri dengan pola pikir kita, dengan kehendak kita sendiri tanpa Yesus. Kita harus selalu membawa Yesus dalam perahu kehidupan kita sebagai Jurumudi, dan Firman Tuhan sebagai kompas rohani dalam hidup kita yang selalu menunjukkan arah perjalanan hidup kita agar kita tidak menyimpang dari jalan Tuhan. Jangan kita takut saat badai kehidupan menerpa hidup kita, karena Yesus selalu beserta kita.
Daftar Pustaka
Hagelberg, Dave ( 1999), Tafsir Injil Yohanes pasal 6-12, Andi:Yogyakarta.
J.Wesley Brill (1995), Tafsir Injil Yohanes, Yayasan Kalam Hidup: Bandung .
Tafsri Alkitab Masa Kini Jilid 3 Matius sampai Wahyu (2006), Yayasan Komunikasi Bina Kasih.
[1] A Smitg, The Historical Geography of the Holy Land
[2] J.Wesley Brill (1995), Tafsir Injil Yohanes, Yayasan Kalam Hidup: Bandung . Halaman 68
[3]Tafsri Alkitab Masa Kini Jilid 3 Matius sampai Wahyu (2006), Yayasan Komunikasi Bina Kasih. Hlm 286
[4] Dave Hagelberg,( 1999), Tafsir Injil Yohanes, Andi. Hal 24
[5] Dave Hagelberg,( 1999), Tafsir Injil Yohanes, Andi. Hal 24
Tidak ada komentar:
Posting Komentar