A. Pendahuluan
Sejak Israel terpecah dua, menjadi Kerajaan Israel Utara, yaitu Israel dengan ibu kota Samaria, dan Israel Selatan, yaitu Yehuda dengan ibu kota Yerusalem. Di bagian utara, khususnya Israel banyak diperintah oleh raja-raja yang jahat dan tidak taat kepada Tuhan. Raja-raja Israel sering menyakiti hati Tuhan dengan menyembah ilah-ilah lain, yang disembah oleh bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Seperti raja Omri.
Berdasarkan kitab sejarah 1 Raja-raja 16:23-26” Dalam tahun ketiga puluh satu zaman Asa, raja Yehuda Omri menjadi raja atas Israel dan ia memerintah dua belas tahun lamanya. Di Tirza ia memerintah enam tahun. Kemudian ia membeli gunung Samaria dari pada Semar dengan dua talenta perak. Ia mendirikan suatu kota di gunung itu dan menamainya Samaria, menurut nama Semar pemilik gunung itu. Omri melakukan apa yang jahat di mata Tuhan…” dari situlah asal mula kota Samaria. Dan raja Israel yaitu Omri pada waktu itu yang memerintah di daerah Samaria,melakukan hal-hal yang menyakitkan hati Tuhan dengan dewa-dewa kesia-siaan yang mereka sembah. Ia hidup menurut tingkah laku Yerobeam bin Nebat dan menurut dosa Yerobeam yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula.
Pada tahun 722 seb M, Samaria direbut tentara Asyur ( 2 Raja-raja 17:5). Penduduknya dicampur dengan bangsa-bangsa lain, sehingga agama dan kebudayaan mereka berbaur jadi satu ( 2 Raja-raja 17:24-41). Dalam PB Samaria adalah daerah diantara Galilea( Utara) dan Yudea ( selatan ). Penduduk Samaria dibenci oleh orang-orang Yahudi, karena perbedaan agama dan kebiasaan.[1]. Orang Israel di Samaria telah menyembah dewa-dewa dan juga menyembah Tuhan Allah Israel. Sedangkan orang Yahudi menganut faham monoteisme yaitu menyembah hanya kepada satu Tuhan, yaitu Tuhan Allah/Yahwe, Allah Abraham, Ishak dan Yakub. Oleh sebab itu, mereka membenci saudara-saudara mereka yang tinggal di Samaria yang mendua hati tersebut. ([1] Kamus Alkitab hal 326 peta Alkitab ( Palestina pada zaman Tuhan Yesus ) 1 Raja-raja 16:23-26, 2 Raja-raja
17:5,24-41.)
Disamping itu, pada zaman Nehemia, saat Nehemia dan orang-orang Yahudi mau membangun kembali Yerusalem yang hancur oleh bangsa Babel, mereka mau membantu membangun Yerusalem kembali, tetapi ditolak oleh Nehemia, karena mereka tidak setia kepada Tuhan, kemudian mereka mendirikan mezbah bagi mereka di gunung Gerizim dan mereka beribadah ke situ, dan tidak lagi ke Yerusalem karena dilarang oleh saudara-saudara mereka yang di Yehuda. Dari situlah kemudia, orang-orang Yahudi dan Samaria saling curiga dan membenci satu sama lainnya.
Terdapat kesenjangan antara orang-orang Yahudi dan Samaria , sampai kepada zaman Yesus ada di bumi. Tetapi kemudian dari kisah Yohanes 4 ini membuat sebuah sejarah baru dalam kehidupan bangsa Yahudi dan Samaria, karena itulah untuk pertama kalinya setelah ratusan tahun tidak ada pergaulan antara mereka, dan siang itu terjadi percakapan yang sangat menarik antara orang Yahudi dan Samaria, yaitu antara Yesus dan perempuan Samaria. Percakapan dua orang yang memilki perbedaan kehidupan yang sangat jauh berbeda, di mana Yesus sebagai orang Yahudi seorang yang saleh dan suci dan terpandang di masyarakat sedangkan perempaun Samaria itu adalah orang berdosa dan hina. Mungkin karena terlalu berdosa dan hinanya dia, sehingga namanyapun tidak dituliskan dalam kisah itu. Kisah percakapan mereka bermula dari perjalanan Yesus yang hendak kembali ke Galilea dari Yudea. Seperti disebutkan di atas tadi bahwa antara Galilea dan Yudea terdapat daerah orang Samaria, sehingga pada waktu Yesus ke Galilea Ia melewati daerah orang Samaria. Orang-orang Yahudi biasanya kalau pergi ke Galilea tau ke daerah lain yang melewati daerah Samaria mereka sengaja meyimpang tidak melintasi daerah Samaria, dan hal itu untuk menghindari bertemu dan bergaul dengan orang Samaria. Tetapi tidak demikian dengan Yesus, Ia sengaja singgah di daerah Samaria,kerena bagi-Nya orang-orang Samariapun perlu mendapat keselamatan seperti bangsa-bangsa lain. Setelah Ia sampai di sebuah kota Samaria yaitu Sikhar, dimana di situ terdapat sumur Yakub. Pertemuan Yesus dan perempuan Samaria itu memang tidak disangka oleh perempuan itu, karena sebenarnya ia ingin menghindari setiap orang bertemu dengannya, makanya dia menimba air siang hari, diluar kebiasaan perempuan disitu yang menimba air pada pagi atau sore hari. Hal itu dilakukannya karena ia tidak mau mendengar ejekan atau olok-olokan dari orang-orang tentang dirinya yang hidup dalam dosa. Dalam Injil Yohanesi 4 ini akan dibahas lebih lanjut lagi.
B. Teks Alkitab
Yohanes 4:15-26
15. Kata perempuan itu kepada-Nya: “ Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” 16 Kata Yesus kepadanya: “ Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.”17 Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya:”Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukan suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.”19 Kata perempuan itu kepada-Nya:” Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi.20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakana,bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.”21 Kata Yesus kepadanya:”Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba,bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.22 Kamu menyembah apa yang kamu tidak kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran .”25 Jawab perempuan itu kepada-Nya:” Aku tahu bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.”26 Kata Yesus kepadanya:” Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.”[1]
C. Pertanyaan
1. Siapakah dua orang yang bercakap-cakap dekat sumur Yakub di daerah Samaria?
2. Siapakah perempuan Samaria itu?
3. Apakah yang telah perempuan Samaria itu alkukan dalam hidupnya?
4. Apakah pokok utama yang mau Yesus sampaikan kepada perempuan Samaria itu?
5. Bagaimana respon/tanggapan perempuan itu?
([1] . Alkitab BIS , LAI Yohanes 4:15-26 hal 114-115)
1. Siapakah dua orang yang bercakap-cakap dekat sumur Yakub di daerah Samaria?
2. Siapakah perempuan Samaria itu?
3. Apakah yang telah perempuan Samaria itu alkukan dalam hidupnya?
4. Apakah pokok utama yang mau Yesus sampaikan kepada perempuan Samaria itu?
5. Bagaimana respon/tanggapan perempuan itu?
([1] . Alkitab BIS , LAI Yohanes 4:15-26 hal 114-115)
D. Tafsiran
15. Kata perempuan itu kepada-Nya: “ Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”
Kata “perempuan itu” menunjukkan bahwa perempuan Samaria yang sedang bercakap-cakap dengan Yesus, bahwa dia adalah orang yang berdosa dan tidak layak bertemu apalagi bercakap-cakap dengan Yesus orang Yahudi yang saleh. Orang Yahudi biasa saja tidak mau bergaul dengan orang Samaria. Mungkin oleh karena terlalu hina dan berdosanya perempuan itu sehingga Yohanes tidak mencatatkan namanya dalam kitab Injil ini.
Percakapan antara perempuan Samaria dan Yesus semakin jauh, dan semakin menarik perhatian perempuan itu. Akan tetapi pertanyaan dalam permohonannya dalam ayat 15 ini masih jauh dari yang Yesus harapkan yaitu perempuan itu mau membuka hatinya. Ia beranggapan bahwa Yesus itu seperti tukang sihir yang bisa memberikan sekali air dan ia tidak haus lagi secara jasmani untuk selamanya. Dalam pemikiran perempuan itu masih jauh dari perkara rohani, karena ia orang berdosa, yang ada dalam pemikirannya adalah Yesus seperti seorang dukun atau tukang sihir yang bisa memberinya air ajaib.
16 Kata Yesus kepadanya: “ Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.”
Dalam ayat 16 ini Yesus mulai menunjukkan kesalahan perempuan itu, dengan mengemukakan masalah inti dari perempuan itu sendiri yaitu “suami”. Yesus menekankan kata suami karena Yesus tahu apa yang telah perempuan itu lakukan dalam hidupnya. Akan tetapi, perempuan itu mencoba untuk berkelit dan menutupi dosanya yang mulai dibuka oleh Yesus.
17 Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya:”Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami,
Perempuan itu mencoba menutupi dosanya, dengan berkata bahwa ia tidak mempunyai suami. Tetapi Yesus tidak memarahi dia, sebab dalam hal itu perempuan itu benar bahwa saat itu ia tidak punya suami, mungkin yang ada sama dia waktu itu adalah suami orang lain. Perempuan itu selalu mencoba menghindari kebenaran. Tetapi Yesus meresponi jawabannya dengan teguran yang sangat lembut.
18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukan suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.”
Dalam ayat 18 ini Tuhan Yesus secara terang-terangan membuka aib dosa perempuan itu dengan perkataan”sebab engkau sudah mempunyai lima suami”. Tidak dijelaskan disitu bagaimana Yesus mengetahui bahwa perempuan itu telah mempunyai lima suami, padahal baru kali itu mereka bertemu, dan dari orang-orang Yahudi lainpun tidak mungkin, karena tidak ada komunikasi sama sekali antara orang Yahudi dengan orang Samaria waktu itu. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Yesus tahu segalanya, dalam hati dan pikiran manusia Dia tahu( Matius 12:25(”Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka dan berkata kepada mereka:”…)
Oleh sebab itu, jangan kita main-main dengan dosa, karena tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak diketahui, dan tidak ada satupun yang tertutup yang tidak dibukakan, semuanya terbuka dan telanjang dihadapan Tuhan.
19 Kata perempuan itu kepada-Nya:” Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi
Perkataan Tuhan Yesus yang membungkar dosa-dosa perempuan itu, menusuk hati dan perasaan perempuan Samaria itu, sehingga ia mengakui bahwa Yesus seorang nabi, oleh karena Yesus tahu kehidupan pribadinya, tentang rahasia kehidupan moralnya, perempuan itu menduga bahwa Yesus memperoleh ilham sebagai seorang nabi. Hal ini sesuai dengan pikiran orang Farisi dalam Luk 7:39, Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tetnu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa.”[1] Akan tetapi ia tidak mau masalah pribadinya dikorek lebih dalam lagi, karena itu ia mencoba mengalihkan pembicaraan lagi ke pada soal-soal lain.
20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakana,bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.”
Perempuan itu mengalihkan pembicaraan, ia mengajak Yesus beralih ke soal agama. Barangkali ia ingin menunjukkan kepada Yesus bahwa iapun mengerti soal-soal agama. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa karena ada kebencian dan saling curiga antara orang Yahudi dan Samaria, sehingga orang Samaria menyembah dan beribadah kepada Tuhan di gunung Gerizim, sementara orang Yahudi di Yerusalem. Ini menandakan bahwa bagi mereka tempat ibadah merupakan hal yang penting. Kata “ nenek moyang” dalam ayat ini kata Yunaninya adalah πατερες/pateres artinya “bapak-bapak” menunjuk kepada bapa leluhur orang Israel yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. ([1] Tafsir Injil Yohanes pasal 1-5 hal 167, Dave Hagelberg)21 Kata Yesus kepadanya:”Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba,bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem.
Tanggapan Tuhan Yesus kepada perempuan itu adalah bahwa tidak lama lagi kedua tempat ibadah itu akan menjadi usang, bahwa keselamatan hanya datang dari bangsa Yahudi bukan dari mereka, dan Ia juga menjelaskan sifat dari keselamatan itu.[1] Baik Yerusalem maupun gunung Gerizim tempat orang Samaria dan orang Yahudi menyembah pasti suatu saat nanti akan mengalami kehancuran, itulah yang mau Yesus katakan kepada perempuan itu. Yesus ingin mengajak perempuan itu mengerti bahwa menyembah Tuhan tidak tergantung kepada tempat, yang penting hati yang tulus dan bersih serta motivasi yang murni untuk menyembah Tuhan, bukan munafik. Selanjutnya Tuhan Yesus menegaskan bahwa keselamatan hanya datang dari bangsa Yahudi, yaitu melalui Yesus Kristus. Ini berarti bahwa Tuhan Yesus mau mengajak perempuan itu dan membuka mata hati rohaninya bahwa orang yang berbicara dengannya itu adalah Juruselamat itu sendiri.
22 Kamu menyembah apa yang kamu tidak kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi.
Dalam ayat ini Tuhan Yesus menegaskan bahwa pengenalan perempuan itu dan orang Samaria akan Allah sangat terbatas, hal demikian mungkin karena mereka menolak kitab Yosua sampai dengan Meleakhi, sehingga mereka kurang mengerti dan paham agama dan penyembahan yang benar. Kata “ Kamu” dalam ayat ini tidak hanya menunjuk kepada perempuan Samaria itu saja tetapi juga berbicara mengenai keadaan rohani dari seluruh bangsa Samaria. Kalimat “sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi” menegaskan bahwa Yesus Kristus sendiri, yaitu Juruselamat dunia adalah seorang bangsa Yahudi.
23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian.
Kerinduan hati Allah kepada manusia adalah manusia memuliakan, beribadah dan menyembah kepada-Nya tanpa dibatasi oleh waktu dan tempat. Sebab Allah Mahahadir/imanen. Yang penting adalah sikap hati kita yang benar dalam menyembah Tuhan. Sikap hati yang benar berkaitan dengan motivasi yang murni, hati yang tulus ikhlas dan terutama karena hati yang mengasihi Allah oleh karena Allah sudah terlebih dahulu mengasihi kita. Ini berarti bahwa Yesus menegaskan kepada perempuan itu bahwa Allah mencari/menghendaki penyembah-penyembah benar yang menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, dan ini merupakan inti dari PB, kebenaran ini telah dinubuatkan oleh nabi Yeremia, dalam kitab Yeremia 31:31-34.” “Sesungguhnya, akan datang waktunya,…sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka.” Dengan berkata bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran Tuhan Yesus juga menolak kesalahan ajaran mereka di Samaria. Unsur kebenaran juga tidak diabaikan.
24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran
Allah kita harus disembah dalam roh dan kebenaran memiliki dua kebenaran teologis, pertama, kerena Allah Bapa merindukan para penyembah demikian, dan kedua, karena Allah sendiri adlaah Roh. Ini jelas bahwa Allah yang Roh adanya, tidak boleh disembah dengan kedagingan kita, emosi dan perasaan semata atau dengan cara-cara lahiriah atau badaniah, tetapi harus menyembah dengan hati dalam roh dan kebenaran. Setelah mendengar penjelasan Yesus itu perempuan itu mulai menyadari bahwa akan kebutuhan rohaninya akan Allah yang benar.
.”25 Jawab perempuan itu kepada-Nya:” Aku tahu bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.
Pemahaman perempuan itu mulai menangkap maksud Yesus, namun tidak dengan pasti, ia masih ragu, apakah ia bisa menjadi penyembah yang benar, karena ia menyadari keberadaannya yang masih berdosa. Namun jauh dilubuk hatinya ia butuh air hidup yang ditawarkan Yesus semula kepadanya untuk membersihkan hati dan hidupnya yang penuh dengan dosa. Perempuan itu sudah mulai membuka hatinya untuk mengekspresikan suatu kerinduan yang amat dalam. Walaupun dia orang berdosa, ia tetap punya kerinduan yang sangat dalam untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran. Dalam ayat ini perempuan itupun tahu bahwa Mesias akan datang, tetapi pemahamannya tentang Mesias tidak sama dengan orang-orang Yahudi, mereka beranggapan bahwa kalau Mesias datang maka Ia akan meneritakan segala sesuatu kepada mereka
”26 Kata Yesus kepadanya:” Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.”[2]
Karena perempuan itu sudah membuka hatinya maka Yesus mulai berterus terang kepada perempuan itu, bahwa Dia adalah Mesias itu. Pengakuan ini justru diberikan kepada orang Samaria dan bukan kepada orang Yahudi, mungkin karena orang Yahudi beranggapan bahwa jabatan Mesias itu disamakan dengan Raja dan Dia sendiri belum siap dilantik jadi raja. Sementara orang Samaria tidak memaksa Mesias sebagai raja, tetapi mereka mau diajar oleh Dia. Berdasarkan pemahaman itulah maka Yesus mengakui DIri-Nya sebagai Mesias kepada perempuan Samaria itu. Pendekatan Yesus yang begitu lunak, dan tidak hanya mengulangi pendekatan yang begitu tepat seperti kepada Nikodemus, atau pendekatan yang begitu tepat kepada perempuan itu. Tuhan Yesus tidak membahas air hidup dengan Nikodemus, dan Dia tidak membahas kelahiran baru dengan perempuan itu. Inilah pendekatan yang situasional dan kondisional.
E. Jawaban pertanyaan
1. Dua orang tersebut adalah Yesus dan perempuan Samaria
2. Perempuan Samaria itu adalah orang yang berdosa
3. Yang perempau itu lakukan dalam hidupnya adalah berzinah dan sering gonta-ganti suami
4. Inti yang ingin Yesus sampaikan kepada perempuan itu ialah bahwa Allah mengasihi setiap orang, termasuk perempuan itu yang mau membuka hati untuk mendengarkan kebenaran
5. perempuan itu meresponi apa yang disampaikan Yesus dengan baik, walaupun pada awalnya dia mencoba untuk menutupi dosanya, tetapi dengan lembah lembut Yesus menegur dia, dan akhirnya dia bertobat terima Kristus.
E. Jawaban pertanyaan
1. Dua orang tersebut adalah Yesus dan perempuan Samaria
2. Perempuan Samaria itu adalah orang yang berdosa
3. Yang perempau itu lakukan dalam hidupnya adalah berzinah dan sering gonta-ganti suami
4. Inti yang ingin Yesus sampaikan kepada perempuan itu ialah bahwa Allah mengasihi setiap orang, termasuk perempuan itu yang mau membuka hati untuk mendengarkan kebenaran
5. perempuan itu meresponi apa yang disampaikan Yesus dengan baik, walaupun pada awalnya dia mencoba untuk menutupi dosanya, tetapi dengan lembah lembut Yesus menegur dia, dan akhirnya dia bertobat terima Kristus.
E. Kesimpulan
Dari penafsiran diatas dapat disimpulkan bahwa
1.Setiap orang pasti pernah berbuat dosa, dan pasti membutuhkan pengampunan.
2.Setiap orang perlu air hidup untuk membersihkan hatinya yang kotor oleh dosa.
3.Jangan pernah menutup hati atau menghindar saat Tuhan menegur kita yang berbuat dosa. Sebaliknya buka hati dan terima koreksi dari Tuhan.
4.Kita harus memilki sikap hati yang benar saat memuji dan menyembah Tuhan, menyembah Tuhan harus dalam roh dan kebenaran, bukan dengan kedagingan/badaniah/lahiriah dan menyembah Tuhan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.
G. AplikasiDari penafsiran diatas dapat disimpulkan bahwa
1.Setiap orang pasti pernah berbuat dosa, dan pasti membutuhkan pengampunan.
2.Setiap orang perlu air hidup untuk membersihkan hatinya yang kotor oleh dosa.
3.Jangan pernah menutup hati atau menghindar saat Tuhan menegur kita yang berbuat dosa. Sebaliknya buka hati dan terima koreksi dari Tuhan.
4.Kita harus memilki sikap hati yang benar saat memuji dan menyembah Tuhan, menyembah Tuhan harus dalam roh dan kebenaran, bukan dengan kedagingan/badaniah/lahiriah dan menyembah Tuhan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat.
Teguran dan nasehat kepada perempuan Samaria itu, ditujukan juga kepada kita. Jadi seharusnya dalam kehidupan kita selaku orang percaya jangan main-main dengan dosa, jangan sembunyikan sesuatu dihadapan Tuhan karena Tuhan Mahatahu. Sebaliknya akuilah dosa kita kepada Tuhan, jangan pernah menutup hati, telinga dan hidup kita untuk kebenaran yang diperdengarkan kepada kita untuk menegur kita. Jangan menghindar ataupun menolak teguran Tuhan. Maksud semuanya itu adalah agar hidup kita seperti yang Tuhan kehendaki bukan seperti yang kita kehendaki. Kita sama seperti perempuan Samaria itu selalu suka akan hal-hal yang lahiriah saja, dan sering mengabaikan yang rohaniah, karena itu kita harus ubah haluan hidup kita untuk selalu terbuka dan mau isi oleh perkataan-perkataan Yesus / Firman Tuhan agar selalu mewarnai hidup kita sehingga gaya hidup kitapun seperti yang Tuhan mau, memuliakan dan menyembah kepada Tuhan Yesus saja.
[1] Tafsir Injil Yohanes pasal 1-5 hal 169, Dave Hagelberg
[1] Tafsir Injil Yohanes pasal 1-5 hal 169, Dave Hagelberg
[2] . Alkitab BIS , LAI Yohanes 4:15-26 hal 114-115
Hagelberg, Dave, Tafsiran Injil Yohanes 1-5, Andi, Yogyakarta: 1999
Tidak ada komentar:
Posting Komentar